-->

Rabu, 03 Desember 2025

Yayasan Intan Maharani & GKK Sumsel Gaungkan ‘Jurnalisme Inklusif’ untuk Perangi Stigma HIV/AIDS, TB & NAPZA"

Yayasan Intan Maharani & GKK Sumsel Gaungkan ‘Jurnalisme Inklusif’ untuk Perangi Stigma HIV/AIDS, TB & NAPZA"




GKK Sumatera Selatan– Yayasan Intan Maharani kembali menunjukkan komitmennya dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS, Tuberkulosis (TB), dan Narkotika serta Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui penyelenggaraan Community Task Force Meeting bertema “Jurnalisme Inklusif”, Selasa, 2 Desember 2025, di Azza Hotel Palembang. Kegiatan ini menjadi ruang strategis untuk membangun kolaborasi lintas sektor dalam menguatkan edukasi publik terkait isu kesehatan dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Pertemuan tersebut secara khusus menyoroti peningkatan kasus reaktif HIV/AIDS di kalangan pelajar dan mahasiswa, yang menurut Yayasan Intan Maharani membutuhkan penanganan informatif yang lebih masif dan berbasis perspektif inklusif. Melalui kegiatan ini, yayasan mendorong seluruh elemen masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam memutus rantai stigma dan diskriminasi.

Acara dibuka oleh Wakil Ketua Yayasan Intan Maharani, Drs. M. Suhaimi, M, yang menegaskan pentingnya sinergi antara lembaga swadaya masyarakat, akademisi, komunitas pemuda, dan pegiat media. Turut hadir perwakilan LSM, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), serta komunitas peduli isu HIV/AIDS, termasuk GKK Sumsel.

Dalam pemaparannya, Icha, selaku Advocacy Officer Yayasan Intan Maharani, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan memperluas informasi yang benar dan berimbang kepada publik, terutama di kalangan remaja. Ia menekankan bahwa meningkatnya temuan kasus reaktif HIV pada usia produktif menjadi alasan mendesak di balik penguatan kampanye ini.

Icha berharap kolaborasi dapat terus diperluas dengan berbagai kelompok kerja NGO, para pendidik, kreator konten, dan mahasiswa sehingga informasi mengenai HIV, TB, dan NAPZA dapat tersebar merata. “Agar informasi ini tidak hanya berhenti di lingkaran tertentu, tapi menyentuh pelajar dan mahasiswa yang saat ini menjadi kelompok paling rentan,” ujarnya.

Sebagai narasumber utama, praktisi jurnalistik Palembang Nila Ertina FM memberikan pemahaman mendalam tentang konsep Jurnalisme Inklusif. Menurutnya, model jurnalisme ini berpihak pada keberagaman dan memberikan ruang bagi suara kelompok marginal, termasuk penyintas HIV dan komunitas dengan keberagaman gender.

Ia menekankan bahwa jurnalisme inklusif bukan hanya memberi ruang, tetapi juga membantu membangun empati publik melalui pemberitaan yang berperspektif manusia. “Bagaimana mereka berjuang, bertahan, dan bangkit meski hidup berdampingan dengan stigma—itulah cerita yang perlu dipublikasikan,” jelasnya.

Dukungan terhadap kegiatan ini juga datang dari NGO Warna Sriwijaya. Salah satu pesertanya, Vanya Hakim, mengapresiasi inisiatif tersebut dan berharap pegiat media serta content creator semakin mampu memproduksi konten positif yang membawa narasi adil dan berdampak baik bagi publik. Ia menekankan bahwa media memiliki peran sentral dalam membentuk sentimen masyarakat (public senties).

Melalui pertemuan ini, Yayasan Intan Maharani berharap terbangunnya ekosistem pemberitaan yang sensitif, inklusif, dan terbebas dari stigma. Praktik jurnalisme inklusif diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi Sumatera Selatan dalam mengakomodasi keragaman, serta menjawab tantangan sosial yang masih membayangi isu HIV/AIDS, TB, dan NAPZA. (da/ants)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2024-2025 Guru Kreator Konten | All Right Reserved